Rommi Ariesta | AiTi and Blog

Berbagi tentang Teknologi Informasi untuk kehidupan yang lebih menyenangkan



Biaya pendidikan di Indonesia terbilang mahal. Bagi kaum menengah atas ini tak jadi masalah. Kesulitan akan dirasakan bagi golongan masyarakat kelas menengah dan bawah. Dan ini terjadi di semua jenjang pendidikan, dari SD sampai Perguruan tinggi.

SD misalnya, baik milik pemerintah yang favorit ataupun bagi Sekolah plus dan Sekolah internasional bisa menyedot rupiah dalam jumlah jutaan. Lalu bagaimana nasib kaum "papa" yang ingin duduk di bangku sekolahan?



Pendidikan yang konon kata pakar sebagai cara untuk memutar roda kesulitan ke arah yang lapang (baca: baik) sulit untuk dicicipi. Tak ayal nasib pun tak banyak berubah jika tak jungkir balik untuk berusaha berubah.

Kata ahli lagi, pendidikan merupakan investasi. Logika ekonomi sederhana menyebutkan untuk mendapatkan profit yang maksimal diperlukan investasi yang tinggi. Bila di Analogikan pada dunia pendidikan, maka untuk memperoleh profit tinggi (intelektualitas) diperlukan Investasi (biaya pendidikan) yang tinggi pula.

Kita ambil contoh sederhana. Andaikan ada calon mahasiswa baru yang tidak diterima di Perguruan Tinggi Negeri dan berencana kuliah di Universitas Swasta dengan jurusan Arsitektur. Berapa biaya yang harus disiapkan?

Sang calon mahasiswa ini berencana mengambil kuliah di Universitas Trisakti atau di Universitas Tarumanegara, dimana keduanya masuk Top 10 Universitas Swasta di Indonesia versi Majalah Globe Asia edisi februari 2008.

Total biaya yang harus di bayar di Trisakti untuk jurusan Arsitektur berkisar antara 27 - 33 juta* dan 11,8 juta per semester (info lengkap). Sedangkan di Tarumanegara sebesar 31 - 36 juta* dan per semester 9,1 juta (info lengkap).

Kiranya, uang puluhan juta rupiah untuk bisa kuliah bagi sebagian besar rakyat Indonesia sangat sulit untuk dipenuhi. Uang tersebut hanya untuk biaya kuliah saja, belum untuk keperluan buku kuliah, tugas, foto copy dan sebagainya.

Kasihan betul nasib saudara kita yang tak mampu, ekonomi lemah, hidup di garis kemiskinan, dan sederet sebutan halus bagi kaum miskin yang tak mampu bersekolah.

Pernah terpikirkan oleh kita, bagaimana jika ini terjadi pada keluarga kita. Perih dan pedih kiranya melihat orang tua kita yang seharusnya sudah bisa menikmati masa tua, namun harus terus berjuang demi "memintarkan" anak-anaknya.

Semangat dan pantang menyerah untuk berubah yang harus tetap di dada. Bagi saudaraku yang kaya, mari berbagi mari beraksi.

* Sudah termasuk biaya kuliah pada semester pertama dan tergantung dari peringkat saat seleksi.
* Biaya Kuliah tahun ajaran 2008/2009

0 komentar

Posting Komentar

Internet Sehat Blog Award '09

Internet Sehat

Berlangganan

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Categories

Archives

Recent Posts

Recent Comments

NavinoT

NavinoT
Another Technology Paradigm